Clay
Sebuah istilah yang agak asing bagi kebanyakan orang...
Sebenarnya istilah clay berasal dari seni kerajinan keramik. Sebutan clay diperuntukkan bagi bahan keramik siap pakai berupa tanah liat yang telah melalui proses pengolahan sehingga memiliki sifat liat/lentur serta mudah dibentuk. Bahkan tanah liat bahan keramik siap pakai ini juga diperjualbelikan di sentra-sentra industri keramik dalam bentuk bulat seperti bola dengan berat tertentu yang disebut ball clay.
Karena telah menjadi salah satu mata dagangan ball clay mulai dikenal masyarakat. Banyak sekolah yang memanfaatkan clay sebagai media pembelajaran bagi siswanya. Ball clay menjadi semakin dibutuhkan, karena sifat ball clay yang mudah dibentuk menjadikannya sebagai alternatif media melatih daya kreatifitas anak yang fleksibel. Sebagai media pembelajaran kreatifitas ball clay memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Ball Clay yang dapat dibeli sentra industri keramik umumnya sudah dibersihkan dari material-material yang dapat mengganggu proses berlatih kreatif.
Bentuk ball clay yang bulat memudahkan mobilisasi bahan tersebut ke berbagai tempat. Kadar air dalam ball clay biasanya sudah dikondisikan siap pakai artinya tidak terlalu lembek atau keras. Namun ball clay juga memiliki kelemahan yaitu bagi pelajar terutama siswa perempuan umumnya tekstur ball clay ini masih dianggap kotor bahkan kadang dianggap menjijikkan. Mengakibatkan kotor pada tangan, pakaian, serta tempat kerja. Selain itu ball clay karena memang berbahan tanah liat kebanyakan hanya berwarna seperti warna tanah liat dan tidak disetiap daerah terdapat sentra pengrajin keramik.
Melihat kelebihan dan kekurangan ball clay, para seniman dan penghobi kerajinan berbahan ball clay mulai mencoba mencari alternatif bahan selain ball clay. Bahan tersebut harus memiliki sifat seperti ball clay namun tidak banyak menimbulkan kotor serta warna yang lebih kaya. Sering dengan ditemukannya lilin/malam/plastisin sebagai media berkreasi, mulailah ditemukan ball clay dengan warna yang lebih cerah yaitu ball clay yang dibentuk dari tanah dari berbagai daerah yang memiliki warna tanah yang berbeda pula. Ada tanah liat yang berwarna putih, merah, coklat, hijau kecoklatan, hingga yang berwarna coklat kehitaman.
Berdasarkan pemikiran ingin mendapatkan ball clay yang lebih mudah didapatkan serta mudah dikombinasikan dengan berbagai warna yang lebih menarik, maka mulailah dilakukan pembentukan clay tiruan. Clay mulai dibentuk dari bahan selain tanah liat misalnya : serbuk kayu, tepung, bubur kertas, serbuk limbah organik maupun anorganik lainnya. Dari sini mulai muncul berbagai macam clay yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Clay dari serbuk kayu memiliki sifat kurang liat serta tekstur yang agak kasar dan jika mengering agak ringan. Cocok untuk benda-benda pajangan yang digantung dan bertekstur kasar. Sedangkan Clay dari tepung dibuat dengan berbagai kombinasi tepung. Salah satu clay tepung dibuat dari kombinasi tepung terigu, tepung beras, dan tepung tapioka. Ada juga yang dibuat dengan tepung jagung / maezena yang dikenal dengan istilah corn craft.
Clay dari kombinasi tepung terigu, tepung beras, dan tapioka dan tepung-tepung yang lain dibuat dengan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan setiap jenis tepung, misalnya tepung terigu memiliki kelebihan menghasilkan adonan yang lentur, kelemahannya adonan terigu sering kali berongga/ berlapis-lapis serta warnanya yang kurang cerah sehingga agak sulit untuk memcapai bentuk clay yang halus. Tepung beras menghasilkan clay yang bila mengering relatif keras, tetapi kurang lentur, cepat mongering dilapisan luar sehingga mudah retak. Tepung Tapioka menghasilkan adonan yang cerah / putih bersih tetapi kurang plastis /cenderung lengket ditangan. Tepung jagung/maezena menghasilkan clay yang halus namun harganya relatif mahal dibanding tepung yang lain.
A. Ball Clay
Tanah liat bahan ball clay dipilih dari jenis tanah tertentu yang memiliki daya elastis yang baik. Tidak disemua tempat terdapat tanah liat yang baik untuk dijadikan ball clay, oleh karena itu hanya didaerah tertentu pula terdapat sentra pengrajin keramik/gerabah. Tanah liat yang dipakai minimal merupakan tanah lempung yang dicampur pasir untukmengurangi penyusutan saat dikeringkan dan dibakar. Bahkan untuk mendapatkan ball clay yang lebih baik (liat,daya susutnya rendah, warnanya cerah, dan tidak mudah retak ketika dibakar) terkadang ditambahkan bahan yang berasal dari tanah / batuan tertentu misal tanah kaolin/tanah putih.
Proses pengolahan tanah bahan keramik melalui dua cara : cara kering dan cara basah. Tanah dari hasil galian dijemur sampai benar-benar kering, kemudian dihancurkan dengan cara ditumbuk. Setelah hancur tanah disaring dengan saringan/ayakan dengan kerapatan(Mesh) tertentu agar dihasilkan tanah liat yang bebas dari kotoran dan kerikil yang dapat mengganggu proses pembentukan keramik. Langkah selanjutnya adalah menambahkan pasir dan bahan lain misal kaolin yang dilanjutkan dengan menambahkan air secukupnya. Untuk menghasilkan clay yang baik tanah liat yang sudah tercampur air tadi diolah hingga menjadi liat dan mudah dibentuk. Untuk memudahkan mobilitas dan penyimpanan biasanya dibentuk menjadi bola-bola dengan ukuran tertentu. Selain cara di atas, tanah yang didapat dari alam juga dapat diolah dengan cara basah.
Pengolahan tanah dengan teknik basah dilakukan diawali dengan merendam tanah selama minimal sehari semalam. Dengan direndam diharapkan tanah menjadi hancur dan lunak sambil sesekali diaduk untuk memberi kesempatan kotoran keluar dan gelembung-gelembung udara keluar dari tanah. Selanjutnya kotoran-kotoran yang mengambang diambil. Rendaman tanah liat diaduk kemudian disaring sehingga kotoran dan kerikil dapat terpisah dari tanah liat.
Tanah liat yang telah disaring ditambah sedikit pasir untuk mengurangi daya susut saat dikering dan dijenur untuk mengurangi kadar air. Dapat juga untuk mempercepat pengeluaran kadar airnya tanah liat diletakkan diatas balok gips. Ketika kadar air dirasa cukup (Tanah plastis dan liat) tanah dimasukkan kedalam alat pengepres (pugmill) dan selanjutnya dibentuk menjadi seperti bola-bola agar mudah dipindah-pindahkan dan disimpan.
B. Clay dari tepung
Clay dari tepung dapat dibuat dari kombinasi 3 macam tepung yaitu : tepung terigu, tepung beras, dan tepung tapioka. Bahan pelengkapnya adalah lem kayu maksimal 500 gram untuk tepung total seberat 1 kg, benzoat sebagai pengawet/ agar tidak cepat berjamur, tawas untuk mencegah bau. Siapkan tiga macam tepung hingga seberat 1 kg kemudian taburkan tawas dan benzoat. Tambahkan lem kayu ditengah-tengah tepung dan balut lem dengan tepung. Sebaiknya lem tidak menempel langsung pada tempat/ wadah. Tekan-tekan adonan hingga lem dan tepung tercampur rata. Jika terlalu keras tambahkan sedikit air untuk mencapai adonan yang plastis. Sebaiknya lem yang digunakan dimulai dari 30 % nya(volme tepung). Clay tepung yang sudah jadi dibagi-bagi dalam beberapa bagian untuk selanjutnya diberi pewarna. Gunakan pewarna kue cair dengan cara adonan pipihkan dan bentuk seperti mangkok lalu oleskan pewarna dan tekan-tekan hingga pewarna merata. Jika warna yang dikehendaki belum tercapai dapat ditambah pewarna sampai mencapai warna yang diinginkan. Clay yang baik akan mudah dibentuk dan tidak retak-retak ketika dikeringkan serta warnanya tetap cerah ketika sudah mengering.
Dapat juga menggunakan pewarna acrylic atau cat air. Untuk mewarnai clay dengan cat air adonan sebelumnya sebaiknya diberi warna dasar putih.
C. Clay dari Tepung Jagung / Maezena (Corn Craft)
Corn craft atau clay dari tepung jagung dapat dibuat dari tepung maezena yang dibuat sendiri maupun dibeli dari toko bahan kue. Contoh resep pembuatan clay maezena :
Ø 1000 gram maezena
Ø 600 gram lem kayu
Ø 500 gram air
Ø 25 gram minyak goreng
Cara membuat adonan :
1 . Semua bahan dicampur jadi satu dalam wadah plastik (ember) dan diaduk hingga merata.
2. Setelah adonan merata, baru diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan.
3. Pemberian warna dilakukan setetes demi setetes hingga warna yang dikehendaki terbentuk. Khusus untuk warna merah, biasanya akan semakin merona setelah disimpan selama 24jam.
4. Pemberian warna sebaiknya 1 tingkat di bawah warna yang diinginkan karena pada saat produk dikeringkan, warna yang terbentuk akan meningkat 1 tingkat (menjadi lebih gelap atau merona).
Teknik pembentukan Clay
1. Teknik Pembentukan Ball Clay (Keramik)
a. Teknik Pitching / Pijit : Merupakan teknik pembentukan dengan tangan langsung dengan cara menekan-nekan adonan menjadi bentuk yang diinginkan. Teknik pijit menghasilkan benda berbentuk bebas / tak beraturan. Untuk membuat detil karya kadang diperlukan alat bantu berupa butsir ( Seperangkat alat pembentuk detail benda keramik dari bahan kayu dan/atau logam lihat Gambar ) atau misal pisau palet atau alat buatan sendiri dari bahan kayu, logam, maupun plastik.
b. Teknik Putar ; ditinjau dari sumber tenaganya dibagi dua : teknik putar manual dan teknik putaran mesin. Teknik putaran manual ditinjau dari bagian tubuh yang menggerakkan dibagi dua yaitu teknik putaran tangan dan teknik putaran kaki. Teknik putaran kaki dibagi tiga yaitu putaran dengan kaki langsung ( Meja putar rendah ) dan putaran kaki dengan pemberat dari cor semen berbentuk lingkaran dibagian bawah sumbu putar serta putaran kaki dengan memanfaatkan gaya pegas dan tali ( dari bambu lentur/per). Teknik putar menghasilkan benda-benda berbentuk silinder.
c. Teknik Pilin ; yaitu membentuk keramik dengan membuat adonan menjadi pilinan (seperti tali ) terlebih dahulu kemudian disusun sehingga membentuk benda. Bagian bawah dibuatkan alas rata serta bagian dalam dikuatkan dengan adonan yang lebih lunak. Teknik pilin menghasilkan benda keramik dengan permukaan bergelombang seperti susunan tali / tambang.
d. Teknik Slab ; Yaitu pembentukan keramik dengan terlebih dahulu memotong tipis-tipis adonan atau menggilas adonan sehingga menjadi tipis-tipis untuk kemudian dipotong-potong sesuai pola. Pola yang sudah terpotong dirangkai dengan mengkasarkan bagian yang akan disambung dan diberi sedikit adonan lunak kemudian sementara ditahan misal dengan diikat karet. Teknik Slab menghasilkan benda-benda berbentuk persegi.
e. Teknik Cetak ; Teknik cetak digunakan untuk memproduksi benda berbentuk sama dalam jumlah yang banyak dibagi menjadi dua yaitu cetak tuang dan cetak tekan. Teknik Cetak tuang dilakukan dengan memperbanyak air pada adonan clay sehingga menyerupai bubur encer kemudian dituangkan pada cetakan yang dibuat dari bahan Gips. Sifat gips yang cepat menyerap air inilah yang dimanfaatkan untuk menghasilkan ketebalan badan keramik yang dapat terlihat langsung perbedaan bubur clay yang airnya belum terserap dan yang sudah terserap. Bubur clay yang airnya belum terserap cetakan dituangkan kembali ke wadah sehingga yang tersisa hanya bubur clay yang airnya telah terserap. Sebelum digunakan untuk mencetak cetakan keramik terlebih dahulu ditaburi talc dengan maksud agar mudah mengeluarkan keramik dari cetakan. Cetak Tekan dilaksanakan dengan cara terlebih dahulu membentuk adonan clay padat menjadi lempengan / lembaran tipis. Kemudian lembaran clay tipis tersebut diletakkan pada cetakan dan ditekan-tekan sehingga seluruh permukaan cetakan tertempel clay. Dengan teknik cetak tekan ini proses pengeluaran keramik dari cetakan lebih cepat jika dibandingkan dengan teknik ceta tuang.
2. Teknik Pengerjaan Clay tepung
a. Teknik Pembuatan Adonan
Komposisi Bahan (Untuk Clay Sebesar Genggaman) :
· Tepung Terigu = 1 sdm
· Tepung Beras = 1 sdm
· Tepung Tapioka = 1 sdm
· Lem PVaC(Putih) = 1 sdm
· Natrium Benzoat = 1 (sdm peres dihaluskan)
· Tawas = ½ (sdm dihaluskan)
· Pewarna
Langkah-langkah pencampuran :
· Letakkan alas plastik dimeja kemudian letakkan tiga macam tepung di atas plastic
· Sebelum tiga macam tepung tadi dicampur pastikan untuk mengingat volume satu tepung tersebut baru kemudian tambahkan natrium benzoate dan tawas yang sudah dihaluskan
· Aduk rata tiga macam tepung dan benzoate serta tawas tadi sampai rata.
· Tambahkan lem PVaC (letakkan lem di tengah-tengah tepung dan taburi tepung.
· Aduk dengan cara melipat plastiknya dan tekan perlahan-lahan.
· Jika lem dan tepung mulai tercampur rata tambahkan pewarna (cair) lalu aduk lagi.
· Jika adonan belum menggumpal seperti adonan tanah liat bahan genteng, tambahkan sedikit demi sedikit air lalu aduk kembali sampai adonan Kalis (tidak lengket ditangan).
· Jika adonan tidak langsung digunakan, simpan dalam wadah berongga dan sedikit lubang udara.
· Adonan yang komposisi terigunya lebih banyak menjadi lebih lentur dan halus permukaannya tetapi warnanya agak kusam dan lipatan-lipatan adonan agak sulit dihilangkan.
· Adonan dengan komposisi tepung berasnya
b. Teknik Pembentukan
Clay tepung dapat dibentuk dengan semua teknik yang digunakan untuk membentuk keramik kecuali teknik cetak tuang dan teknik putar. Dalam setiap pembentukan clay dari tepung maupun clay jenis lainnya untuk menghasilkan karya yang baik dan dapat diterima konsumen perlu untuk mengkombinasikan dengan bahan lain misal : mata-mataan, bulu, gantungan, penyangga, pigura, dan lain-lain. Hanya kelemahan Clay dari tepung jika dibandingkan dengan clay tanah liat adalah bila sudah mengeras clay tepung sulit untuk dilunakkan lagi dikarenakan mengerasnya karena lem. Sedangkan clay tanah liat selama belum melalui proses pembakaran walaupun sudah mengeras dapat dilunakkan lagi dengan memercikan air ke seluruh permukaannya.
Tingkat kekerasan adonan harus dibuat menyesuaikan dengan teknik pembentukan yang akan dipilih. Adonan Clay dengan tingkat kekerasan sedang dibentuk dengan teknik pijit dan yang agak keras lebih tepat dekerjakan dengan teknik slab/lempeng. Adonan clay yang paling lunak dan liat (banyak terigunya) cocok dibentuk dengan teknik pilin / coiling. Adonan Clay yang lunak dan unsur tepung berasnya lebih banyak cocok dibentuk dengan teknik cetak.
c. Teknik Penyelesaian Akhir (Finishing)
Untuk menampilkan hasil karya clay tepung yang baik perlu dilakukan proses penyelesan akhir agar clay benar-benar layak digunakan. Beberapa hal yang harus dilakukan sebagai proses penyelesaian akhir antara lain
1. Pengecatan ; cara ini dilakukan bila saat pembentukan belum diwarnai atau belum terlalu detail.
2. Pengkilatan dan perlindungan Cat ; bila menggunakan cat/warna kue maupun cat air perlu dilakukan pelapisan yang dapat memperkuat dan mengkilatkan permukaan Clay misalnya dengan menggunakan vernis atau melamine lack (sejenis cat transparan / bening).
3. Pelapisan dengan menggunakan lem ; hal ini dilakukan dengan tujuan selain membuat permukaan clay mengkilat dof juga memperkuat onstruksi/sambungan dan menyamarkan keretakan permukaan.
4. Kemasan ; karya clay yang telah mencapai tingkat kekeringan maksimal perlu dikemas bila akan dipasarkan agar tidak rusak saat pengangkutan maupun perubahan cuaca.
Dari berbagai bentuk karya Clay dari tepung kebanyakan ukurannya kecil / mini hal ini dikarenakan untuk membuat kesan unik karya. Semakin kecil karya semakin unik dan menarik. Hampir semua model kerya clay bermula dari bentuk-bentuk dasar umum seperti berikut :
3. Teknik pembentukan Clay Maezena (Corn Craft)
Ø Setiap kali membentuk kreasi dari adonan maezena clay, telapak tangan sebaiknya selalu diolesi dengan sedikit minyak goreng, agar adonan tidak lengket dan lebih mudah dibentuk
Ø Jika selama berkreasi, adonan agak mengering, karena terlalu lama terkena udara diluar wadahnya, tambahkan sedikit lem putih atau air agar adonan kembali kenyal.
Ø Setiap kali membentuk adonan yang berbeda warna, telapak tangan harus dicuci bersih dadikeringkan, agar warna adonan yang melekat di telapak tangan tidak bercampur dengan adonan yang lain.
Ø Untuk dapat membentuk berbagai kreasi dapat di kembangkan dari bentuk-bentuk dasar seperti pada gambar.
• Untuk dapat membentuk berbagai kreasi dapat di kembangkan dari bentuk-bentuk dasar berikut :
Downloads Clay versi Pdf Di sini
selamat mencoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar